komunitas seni (KOMSI)
Segmen I
( 1&2 Menari dengan gerakan
yang sama di tempat yang berbeda sejak lampu redup hingga terang)
(1) (Diam di tempat)
Akan ku tabur benih dalam igauan kita
Yang meski kita lawat dalam tiap jengkal perjalanan
waktu
Hingga tarian anak-anak yang belum usai
Tetap melingkar di jemari mimpi yang hendak kita sepuh
(2) (Diam di tempat)
Aku menangkap kesangsian-kesangsian di persimpangan
Kehambaran langkah yang tak lagi
terarah
Di teras pembaringan musim yang terasa anyir
Pastinya akan aku kubur di awal cerita
(1&2) (Keduanya
Saling mendekat dengan melakukan tarian yang sama sampai pada puncak orgasme
hingga pemain 2 berteriak)
Mari kita menari bersama
Merajut kenikmatan atas nama cinta
Sedang benih-benih akan tumbuh
Dengan kesederhanaan dan kesuciannya
(3) (Muncul di sela-sela 1&2
)
Inilah aku
Cawan-cawan mimpi itu
Seputih kertas
Sebening sumber mata air
(1&2) (Keduanya
mendekati 3 dan saling mengulurkan tangan lalu ketiganya menari bersama)
Tangismu adalah lambang jiwaku
Tangismu
adalah lambang harapanku
(dilakukan secara berulang-ulang
hingga lampu meredup dan padam)
Segmen II
(1&2)
(muncul dengan arah yang berlawanan bersama dengan terangnya lampu dan melakukan
tarian liar yang berbeda, sesuai dengan propertinya masing-masing)
(2) (Membawa sublukan dan tetap menari
dengan liar)
Akulah aku
Selama nafas tetap berdengus
Senantiasa ku arak kemilau dunia
Pada tiap jengkal deretan waktu
(1) (Membawa
kursi dan tetap menari dengan liar)
Akulah aku
Senyampang keringat belum kering
Kehormatan akan aku pajang
Di dinding-dinding jaman
(1&2) (Melakukannya secara berulang-ulang sampai
keduanya letih dalam tariannya sendiri dan tak lama kemudian mereka mengakhiri
sejenak tariannya)
(3) (Muncul
dengan tarian limbung di sela-sela tarian 1&2 mulai melamban)
Tayangan binal apalagi yang hendak kalian suguhkan?
Hingga harus pertaruhkan diri menjadi
pengembala syahwat
Masih belum cukupkah
pohonan cinta dan kebahagiaan terhapus dari perjalanan cerita?
(2) (Melakukan
gerakan lamban sambil memanjakan properti yang di bawanya)
Pandanganmu tak lebih dari
sejengkal jemarimu
Bahkan secuil garam telah kau tebar di telaga
(menyuguhkan senyum sinis)
Namun, persilatanmu tak lebih hanyalah desiran angin
lalu
Sedang kemerlap itu tetap akan aku
tangkap dengan bejana tawa ini
(1) ()
Lihatlah rangkaian-rangkaian
keagungan yang telah aku taklukkan
Hingga jutaan bola mata terperanga dan
tunduk di hadapan kita
(diam sejenak)
Perlu di ingat dalam kesaksian kali ini
Akan aku kejar kemana tahta raja
bersembunyi
(3) ()
Lagi-lagi
pengembala-pengembala menabur janji
Lagi-lagi
pengembala-pengembala menabuh sangsi
Lagi-lagi cawan-cawan tak terisi
(1&2) ()
Akulah aku
Kemerlap itu kan ku tangkap dengan tawa ini
Akulah aku
Kan ku kejar kemana tahta raja
bersembunyi
(3) ()
Darah ini adalah cawan berwarna,
entah warna siapa
Darah ini adalah kegamangan di
persimpangan jalan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar