Rabu, 11 April 2012

“Gamang”

karya dhulur hamid
komunitas seni (KOMSI)


Segmen I

( 1&2 Menari dengan gerakan yang sama di tempat yang berbeda sejak lampu redup hingga terang)

(1)        (Diam di tempat)
Akan ku tabur benih dalam igauan kita
Yang meski kita lawat dalam tiap jengkal perjalanan waktu
Hingga tarian anak-anak yang belum usai
Tetap melingkar di jemari  mimpi yang hendak kita sepuh

(2)        (Diam di tempat)
Aku menangkap kesangsian-kesangsian di persimpangan
Kehambaran langkah yang tak lagi terarah
Di teras pembaringan musim yang terasa anyir
Pastinya akan aku kubur di awal cerita

(1&2)   (Keduanya Saling mendekat dengan melakukan tarian yang sama sampai pada puncak orgasme hingga pemain 2 berteriak)

Mari kita menari bersama
            Merajut kenikmatan atas nama cinta
            Sedang benih-benih akan tumbuh
            Dengan kesederhanaan dan kesuciannya

(3)        (Muncul di sela-sela 1&2 )
            Inilah aku
            Cawan-cawan mimpi itu
            Seputih kertas
Sebening sumber mata air

(1&2)   (Keduanya mendekati 3 dan saling mengulurkan tangan lalu ketiganya menari bersama)
            Tangismu adalah lambang jiwaku
            Tangismu adalah lambang harapanku
            (dilakukan secara berulang-ulang hingga lampu meredup dan padam)
           



Segmen II

 (1&2) (muncul dengan arah yang berlawanan bersama dengan terangnya lampu dan melakukan tarian liar yang berbeda, sesuai dengan propertinya masing-masing)

(2)        (Membawa sublukan dan tetap menari dengan liar)
            Akulah aku
            Selama nafas tetap berdengus
            Senantiasa ku arak kemilau dunia
            Pada tiap jengkal deretan waktu

(1)        (Membawa kursi dan tetap menari dengan liar)
            Akulah aku
            Senyampang keringat belum kering
            Kehormatan akan aku pajang
            Di dinding-dinding jaman

(1&2) (Melakukannya secara berulang-ulang sampai keduanya letih dalam tariannya sendiri dan tak lama kemudian mereka mengakhiri sejenak tariannya)

(3)        (Muncul dengan tarian limbung di sela-sela tarian 1&2 mulai melamban)
            Tayangan binal apalagi yang hendak kalian suguhkan?
            Hingga harus pertaruhkan diri menjadi pengembala syahwat
Masih belum cukupkah pohonan cinta dan kebahagiaan terhapus dari perjalanan cerita?
             
(2)        (Melakukan gerakan lamban sambil memanjakan properti yang di bawanya)
            Pandanganmu tak lebih dari sejengkal jemarimu
            Bahkan secuil garam telah kau tebar di telaga
            (menyuguhkan senyum sinis)
Namun, persilatanmu tak lebih hanyalah desiran angin lalu
            Sedang kemerlap itu tetap akan aku tangkap dengan bejana tawa ini

(1)        ()
            Lihatlah rangkaian-rangkaian keagungan yang telah aku taklukkan
            Hingga jutaan bola mata terperanga dan tunduk di hadapan kita
            (diam sejenak)           
Perlu di ingat dalam kesaksian kali ini
            Akan aku kejar kemana tahta raja bersembunyi

(3)        ()
            Lagi-lagi pengembala-pengembala menabur janji
            Lagi-lagi pengembala-pengembala menabuh sangsi
            Lagi-lagi cawan-cawan tak terisi

(1&2)   ()
            Akulah aku
            Kemerlap  itu kan ku tangkap dengan tawa ini
            Akulah aku
            Kan ku kejar kemana tahta raja bersembunyi

(3)        ()
            Darah ini adalah cawan berwarna, entah warna siapa
            Darah ini adalah kegamangan di persimpangan jalan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar